Bertempat di Ruang SH Sarundajang Kantor Walikota Bitung, Pemerintah Kota Bitung belum lama ini menggelar sebuah event bertajuk #Hack4ID. Kegiatan yang berlangsung 9-10 Oktober 2023 ini merupakan rangkaian Gerakan Nasional 1000 Start Up digital untuk merumuskan ide-ide solusi digital yang nantinya diharapkan bisa menjawab beragam masalah di tengah masyarakat. Universitas Klabat juga turut mengambil bagian dalam kegiatan #Hack4ID. Ada 3 tim dengan tiga aplikasi berbeda yang turun berkompetisi. Tentu saja, semua ide bisnis yang dihasilkan sarat dengan muatan teknologi sebagai poros penyangga utama operasional harian bisnis tersebut.
Sebagai tim penilai tercatat nama-nama seperti Maurits Mantiri sebagai Walikota Bitung, Theodorus Rompas (Kadis Kominfo Bitung), Arthur Rumagit (Anggota Dewan Digital Bitung), Dwina M Putri (Co-Founder Eduqat), Maria Silangen (Program Directror Satu Tampa), Leyne Sagai (Regional Operational Manager GN 1000 Startup Sulut) serta Franky Tumiwan (CTO Anakbangsa.tec). Dalam kegiatan ini setiap kelompok akan memperoleh bimbingan langsung dari para mentor yang juga merupakan pelaku startup digital saat ini. Mereka adalah Patrice Sagai (CEO Satu Tampa), Primy Jeils (Konsultan Community Management Bitung Digital Nomads), Yaulie Rindengan (Koordinator Pusat Pengembangan dan Penelitian TI Universitas Sam Ratulangie) dan Vivi Pinangkaan (Product Manager Bank SulutGo).
Adapun 3 aplikasi yang didaulat mewakili UNKLAB adalah Bobara, Hubcorp serta B’Clean. Masing-masing aplikasi digawangi oleh tim yang memiliki board of management sendiri seperti Chief Executive Officer (CEO), Chief Marketing Officer (CMO), Finance Director, IT Director ataupun Research and Development Director. Di akhir kegiatan, aplikasi Bobara berhasil menyabet penghargaan sebagai “The Most Viable Idea Award”.
BOBARA. Namanya unik. Filosofinya sederhana tapi keren. “Bobara, meski digoreng tanpa minyak tetap enak rasanya”. Aplikasi ini diawaki oleh Darma Posumah mahasiswa FEB Management UNKLAB Semester III (CEO), Andre Tamboto mahasiswa Semester VII Filkom (CTO) serta Josia Aditya Pua kini tercatat sebagai di FEB Management Semester III (CMO). Untuk keuangan, Bobara diurusi oleh Virginia Anastasia Wagiu mahasiswi Semester III FEB Accounting.
Platform ini hadir untuk memecahkan sejumlah masalah yang membelit para nelayan, berikut hasil tangkapan mereka. Kesulitan menjual dengan harga tepat menjadi masalah utama. Tengkulak dan para “kartel” membuat harga jual tidak berpihak pada nelayan, meski harus berjibaku dengan ganasnya laut sepanjang malam. Belum lagi ketika bicara masalah produksi. Ketika laut sedang tidak bersahabat, pasokan ikan untuk konsumen cenderung menurun. Akibatnya harga ikan melambung tinggi di pasar. Kemudian ada masalah dimana nelayan tidak mampu berkompetisi di tempat-tempat penjualan seperti pelelangan ikan karena sistem yang semerawut. Tidak berlebihan jika tagline nelayan adalah “Miskin di Laut Yang Kaya.”
Di sinilah Bobara menjalankan perannya. Menjadi penghubung antara nelayan dan konsumen. Dalam hal ini Bobara berfokus pada kategori market di sektor usaha perhotelan, café dan restoran-. Berangkat dari permasalahan yang ada, Bobara mendesign sebuah platform yang menawarkan solusi konkrit untuk mengangkat derajat kehidupan para nelayan.
Komunitas adalah langkah awal yang akan diambil oleh Bobara. The power of networking menjadi krusial di tahap ini karena terkait langsung dengan system direct selling sebagai layanan utama. Nelayan tidak usah pusing mencari pasar, karena Bobara akan menjadi pasar terbesar mereka. Ikan dibeli dengan fixed rate. Artinya, mau produksi turun dan ganasnya laut tidak lagi menjadi faktor penentu harga jual ikan. Nelayan tidak akan merugi karena Bobara membeli di atas harga rata-rata.
Kemudian ada system kepelatihan dimana nelayan akan diberi pengetahuan bagaimana cara mengoperasikan kapal-kapal modern. Hal ini terkait dengan rencana Bobara memiliki kapal-kapal penangkap ikan canggih. Lalu ketika bekerja di kapal milik Bobara, nelayan mendapat keuntungan ganda. Pertama dari hasil tangkapan, kedua dari gaji tetap bulanan yang akan mereka terima terkait status mereka sebagai partner Bobara.
Sementara dari sisi konsumen, harga yang ditawarkan adalah fixed rate. Tidak ada lagi fluktuasi karena cuaca dan product shortages. Lalu dari segi kualitas ikan. Di Bobara, ikan yang dibeli selalu ada dalam kondisi segar. Produk tidak layak jual karena buruknya system storage akan hilang. Terakhir adalah tempat dimana konsumen membeli produk hasil laut. Bobara akan menjamin kenyamanan berbelanja. Konsumen tidak akan merasa sedang berada di sebuah pasar ikan.
HUBCORP. Platform dengan tagline “Your Success Our Service” ini merupakan aplikasi yang menyasar pasar pencari kerja pemula. Secara spesifik, membidik lulusan SMA dan sederajat yang selama ini belum pernah menggunakan aplikasi apapun ketika mencari pekerjaan. Selain itu, segmen market Hubcorp juga untuk lulusan universitas dan digital workforce lainnya.
Adapun masalah utama terletak pada 11.000 lulusan SMA di Kota Bitung dan sekitar 50.000 siswa di Sulawesi Utara yang ternyata masih getol mencari pekerjaan dengan metode konvensional. Padahal dunia sudah bergeser ke era digitalisasi, dimana hampir semua aktivitas kini bergantung pada teknologi. Khusus untuk Kota Bitung ada 3 hal yang menjadi sorotan yaitu masih kurangnya layanan pendukung sektor digital, minimnya exposure lapangan kerja digital, serta rendahnya kualitas digital talent.
Hubcorp menawarkan solusi praktis untuk ketiga permasalahan tersebut dengan menjadi penghubung antara digital workforce dan job fields. Aplikasi ini akan membangun komunitas, lalu menyediakan konektivitas antara pencari kerja dan lapangan pekerjaan, kemudian menyedikan sarana pelatihan dan sertifikasi untuk memperlengkapi soft skill para pencari kerja pemula tersebut. Sebagai langkah awal, Hubcorp manargetkan paling tidak 2000 pencari kerja untuk diberi pelatihan setiap tahun.
Adapun Hubcorp dibesut oleh tiga mahasiswa UNKLAB masing-masing Michael Hizkia Eman sebagai Chief Executive Officer (CEO), Richard Jong menjabat Chief Technology Officer (CTO) dan Virginia Wagiu duduk sebagai Chief of Finance Officer (CFO).
B’CLEAN. Platform ini menyediakan jasa kebersihan yang terintegrasi atau lebih akrab dikenal dengab One Stop Service. Membopong tagline “Tempat Bersih Hidup Senang”, aplikasi ini menemukan masalah di sektor daya serap ketenagakerjaan. Tingginya unemployment rate di Sulawesi Utara menyisakan pekerjaan rumah bagi semua pemangku kebijakan di lingkup birokrasi provinsi. Tentu tidak mudah memecahkan masalah pelik sektor tenaga kerja. Data Badan Pusat Statistik mengungkap ada 3,49% tingkat pengangguran di Sulawesi Utara, dengan 39,76% di antaranya hanya merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD).
Dengan ketatnya persaingan di sektor lapangan kerja, para unskilled labor makin tersisihkan dengan hadirnya beragam teknologi dalam balutan Artificial Intelligence (AI). Lantas mau dikemanakan mereka ini?
Inilah yang coba dijawab oleh B’Clean.
Adapun segmen maret B’Clean adalah bagi mereka yang tidak punya cukup waktu untuk membersihkan suatu tempat. Untuk saat ini, saingan terbesar adalah layanan Go Clean besutan Gojek. Ketika melakukan SWOT analysis, salah satu kekurangan Go Clean adalah focus hanya pada layanan rumah. Celah ini yang coba akan dimanfaatkan oleh B’Clean dengan menyasar tidak hanya rumah tapi Gedung kantoran, hotel, restoran, mobil, motor dan apa saja yang menjadi permintaan konsumen.
Adapun mahasiwa UNKLAB yang menggawangi B’Clean adalah William Goeyana (Hustler), Andreas Topuh (Hipster) dan Ezra Pelealu (Hacker).
B’Clean menjadikan tempat Anda bersih, sekalian pengangguran teratasi.