Terima Dana Hibah dari KEMENDIKBUD RISTEK DIKTI, UNKLAB Lanjutkan Karya Pengabdian Masyarakat di Desa Tiwoho

Tiwoho merupakan desa pesisir terluar di wilayah Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Menyandang status sebagai desa penyangga objek wisata Taman Laut Nasional Bunaken, tidak banyak yang mengetahui bahwa hamparan desa ini menyimpan banyak potensi sumber daya alam non migas. Salah satunya adalah kelapa. Bukan kebetulan karena Sulawesi Utara dikenal dengan sebutan Tanah Nyiur Melambai. Sebagai provinsi kedua terbesar penghasil kelapa setelah Riau, kelapa seharusnya menjadi pilar penyangga utama perekonomian masyarakat lokal setempat, di samping pariwisata yang kian gencar dikembangkan oleh pemerintah daerah.

Hanya dengan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lokal, kualitas hidup bisa melakukan lompatan vertikal di wilayah pedesaan. Optimalisasi menjadi harga mati. Jika tidak, ibarat tikus yang mati di lumbung padi. Lagi pula desa tidak bisa terus menerus bergantung pada sumber daya external. Roda ekonomi idealnya berputar dengan digerakkan oleh potensi setempat.

Tapi masalah juga mengintai. Harus diakui bahwa mengembangkan potensi desa bisa jadi merupakan sebuah proses yang tidak mudah. Sulit. Kualitas sumber daya manusia jadi episentrum persoalan. Jika diurai, penyebabnya sangat kompleks. Mulai dari rendahnya tingkat pendidikan, minimnya permodalan hingga masalah sifat homogenetis masyarakat desa.  Langkah konkrit yang bisa dilakukan secepatnya adalah menyuplai desa dengan skilled workers yang bisa menjadi mentor bagi masyarakat lokal untuk bergerak ke arah perubahan secara holistik. Demikian juga Desa Tiwoho.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Klabat (FEB UNKLAB) menyadari kebutuhan ini. Sebab itu, lembaga pendidikan yang terletak di hamparan kaki Gunung Klabat ini dengan cepat memposisikan diri untuk menjadi katalisator dalam mengembangkan desa Tiwoho.

Beranggota lima orang dosen FEB, sebuah tim Pelaksana Program Pembinaan UMKM Berbasis Kemitraan pun langsung dibentuk untuk menggawang project ini.  Mereka adalah Rinny Cherril Rantung, SE, MBA, selaku Ketua Pelaksana.  Ia didampingi oleh sejumlah dosen senior seperti Indrajit, BSC, MBA, Abraham Leslie Petir Lelengboto, SE, MM, Sharon K. D. Wardoyo, SE, MM dan Lanemey Brigitha Pandeirot, SE, MM.

Produk minyak goreng menjadi sasaran utama untuk dikembangkan. Mengingat desa Tiwoho merupakan salah satu sentra penghasil kelapa di wilayah Minahasa Utara.  Seeprti kebanyakan petani, pengelolaan kelapa oleh petani lokal kebanyakan hanya berhenti di produksi kelapa biji serta kopra.  Jarang yang melakukan pengolahan sampai produk akhir seperti minyak goreng.  Padahal potensi dari segi ekonomi sangatlah menggeiurkan.  Dorongan pihak terkait untuk memboosting produksi minyak kelapa seperti bertepuk sebelah tangan.

Lalu ada Sabatha 23 pimpinan Pak Daniel Sundana, sebuah kelompok tani kecil beranggotakan sepuluh orang yang sekarang sedang diarahkan untuk menjadi produsen minyak kelapa dengan standarisasi nasional. Sebagai langkah awal, telah digelar workshop bertajuk “Penyuluhan Kemananan Pangan” yang digelar secara marathon sejak 14-15 November 2023 di Hotel Grand Luley Manado. Menggandeng Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara, kelompok tani  ini dibekali dengan berbagai pengetahuan dasar bagaimana mengolah hingga menghasilkan produk yang memenuhi standar nasional.

“Workshop ini adalah kegiatan pelaksanaan program hibah dari Kemendikbud Ristek Dikti, dimana Universitas Klabat mendapatkan kepercayaan untuk menyalurkan dana hibah tersebut kepada UMKM mitra, dalam program pembinaan UMKM berbasis kemitraan.  Program ini sangat menunjang UNKLAB dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarkat sekaligus membantu para dosen dan mahasiswa dalam menunjang program kampus Merdeka,” tegas Rinny Cherril Rantung, SE, MBA selaku Ketua Pelaksana.

“Dalam program pembinaan UMKM berbasis kemitraan tujuannya adalah membantu UMKM mitra di Desa Tiwoho yaitu Sabatha23, untuk dapat meningkatkan daya saing usahanya.  Oleh karena itu diusulkan untuk pengurusan PIRT dimana setiap pemilik usaha kecil yang mau mengurus PIRT sebaiknya sudah mendapatkan sertifikat telah mengikuti kegiatan penyuluhan keamanan pangan dari dinas Kesehatan. Oleh karena itu, dari UNKLAB bekerja sama dengan dengan Dinas Kesehatan kabupaten Minahasa Utara, melalui program ini mengadakan workshop dan penyuluhan keamanan pangan, sekaligus dengan proses pengujian dan analisis produk yang dalam hal ini produk minyak kelapa murni Tiwoho.  Workshop ini akhirnya dilaksanakan dengan peserta kurang lebih 10 orang, yang terdiri dari para anggota kelompok usaha Sabatha23, dan beberapa pengusaha kecil, yang menghasilkan produk pangan dalam kemasan,” lanjut Rinny. 

Sementara itu, FEB UNKLAB juga ingin memastikan semua unsur usaha dipenuhi oleh Kelompok Sabatha 23.

“Kami membantu Kelompok Sabata23 dalam menjalankan usaha secara mandiri sesuai dengan tata kelola usaha yang baik. Sebab itu FEB UNKLAB berkomitmen untuk mendampingi pada berbagai aspek seperti pemasaran, produksi serta alur pasok, akuntansi dan juga kepegawaian,” demikian Abraham Lelengboto, S.E., M.M, menegaskan.

“Target lainnya adalah minyak kelapa yang di beri merek KOKOTILANA ini dapat berkembang pesat, meningkatkan kapasitas produksi, dan memiliki daya-saing, sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas lagi,” kali ini Sharon K. D. Wardoyo, SE, MM.

Adapun materi workshop terdiri dari beberapa materi pokok. Pertama tentang Peraturan dan Kebijakan Industry Rumah Tangga yang dibawakan oleh Kepala Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara, dr Alain V. Beyah.

Selanjutnya tema tentang Aspek Upaya Pengawasan Pangan, dipresentasikan oleh Melinda Lingkubi, S.Farm, Apt, yang merupakan salah seorang penyuluh Keamanan Pangan Tersertifikasi. Tema ini kemudian dijabarkan dalam dua sub pokok bahasan yaitu Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT), serta Aspek Upaya Pengamanan Pangan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP).

Materi ketiga di hari kedua adalah Aspek Upaya Pengawasan Pangan yang juga dibagi ke dalam dua pokok bahasan yaitu Keamanan Mutu Pangan terkait Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) termasuk di dalamnya standar labelisasi pangan. Sementara pokok bahasan kedua adalah Aspek Sanitasi Pada Pangan dan Sertifikat Layak Sehat. Sebagai presenter adalah Joice M. Lahope, Amd Far, seorang tenaga penyuluh pangan tersertifikasi.

Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara juga menggelar dua kali ujian, untuk memastikan seluruh peserta layak mendapat Sertifikasi Pangan Industrui Rumah Tangga (PIRT). Ujian pertama dilakukan sebelum materi dibagikan, sesaat setelah seremonial pembukaan digelar. Sementara final test dilakukan setelah semua materi dibagikan. Syarat kelulusan adalah mencapai nilai minimal 70. Di akhir acara seluruh peserta dinyatakan lulus dengan sangat memuaskan.

Sebetulnya Kelompok Sabata 23 sudah mulai melakukan produksi. Sangat terbatas tapinya. Seminggu tiga kali. Sekali produksi hanya bisa 50 biji kelapa. Kalau jadi, kira-kira 4 liter. Seminggu 12 liter. Sebulan 48 liter. Biji kelapa yang digunakan juga belum banyak. Hanya sekitar 200 biji. Semua dikerjakan manual alias dengan tangan. Mesin ada tapi serba tradisional.

Sebelumnya pada 23 Oktober 2023, telah dihibahkan dana bantuan Kemendikbud Ristek Dikti yang diterima dan ditandatangani langsung oleh Rektor Universitas Klabat, Danny I. Rantung MBA, PhD.

“Dengan adanya dana hibah dari Kemendikbud Ristek Dikti, UNKLAB berkomitmen untuk memberikan pendampingan secara maksimal hingga tahap produksi dan komersialisasi. Dari hulu hingga hilir. Harapan baru muncul. Tapi masih perlu kerja keras. Saat ini yang paling mendesak adalah pengadaan mesin produksi untuk menggenjot kuantitas minyak goreng. Jenis mesin pun lebih dari satu. Tergantung fungsi. Masalahnya di Sulawesi Utara mesin yang dibutuhkan tidak tersedia. Alhasil berburu secara online menjadi pilihan logis. Ternyata harus beli di Pulau Jawa. Itupun perlu waktu untuk pilih-pilih supaya dapat yang tepat sesuai kebutuhan,” tegas Indrajit, BSC, MBA.

Setelah workshop FEB UNKLAB tidak akan berhenti bekerja. Agenda sudah disusun. Ini bentuk perwujudan komitmen bahwa UNKLAB menggarap ini dengan sangat serius.

“Setelah workshop ini akan dilanjutkan dengan penyerahaan bantuan peralatan dari program UMKM Kemendikbud Ristek Dikti, untuk peningkatan kapasitas produksi jika memungkinkan dapat mencapai 50 botol @500ml/botol per hari.  Peralatan yang akan diserahkan berupa alat cukur kelapa dan peras santan, alat kupas sabut kelapa, alat cungkil, alat saringan dan peralatan penunjang lainnya.  Penyerahan peralatan nanti akan dilaksanakan pada saat pengiriman telah terlaksana.  Perlu diketahui bahwa UNKLAB akan terus berkomitment untuk pendampingan usaha ini sejauh mana masih dipercayakan untuk melanjutkannya, meskipun program pembinaan UMKM ini sudah berakhir.  Tetapi Kerjasama Unklab dan Mitra Sabatha23 akan terus berlangsung,” urai Lanemey Brigitha Pandeirot, SE, MM.

FEB UNKLAB banyak menanam investasi di Tiwoho. Waktu, tenaga, pikiran, gagasan, dana dan lainnya. Lantas jika seandainya bisa berbicara tentang Return of Investment, apa yang diharapkan UNKLAB? Tidak ada sama sekali. Sesederhana itu jawabannya. Semua adalah pengabdian yang murni dan tulus.

“Berbicara mengenai Return of Investment, tentu saja Universitas Klabat tidak pernah berharap ada pengembalian secara monetary ketika membantu UMKM di Tiwoho. Harapan kami tim dari Universitas Klabat bahwa usaha kami membantu UMKM Sabatha23 akan dapat terlihat dari peningkatkan ekonomi masyarakat lokal setempat khususnya kelompok usaha Sabatha23. Kami berharap bahwa nantinya akan ada usaha-usaha ramah lingkungan lainya yang akan muncul di Desa Tiwoho, karena sama seperti semboyan masyarakat Sulawesi Utara yang dicetuskan oleh Prof. Dr. Samratulangi yaitu “Si Tou Timou Tumou Tou” itulah menjadi harapan kami bahwa keberadaan Universitas Klabat di Minahasa Utara akan memanusiakan manusia yang lain menuju hari depan yang lebih baik,”pungkas Rinny.

Meminjan kata-kata dari Najwa Shihab, apa yang dilakukan FEB UNKLAB mungkin adalah “Pengabdian di jalan yang sepi dan perjuangan yang sering kali tak bertepi”.

Meski begitu, tekad untuk mengabdi harus terus disirami. Sekali nanti pasti tumbuh menjadi benih abadi. Untuk dinikmati oleh anak-anak negeri yang mungkin hari ini masih mengais mimpi. Ketika panggilan Pertiwi datang menghampiri, apa yang lebih baik dari sebuah dedikasi. Intuisi berkata ayo pergi, abdikan diri bagi bangsa ini. UNKLAB benamkan diri sebagai abdi, bangun dusun sepi jadi berarti.

Bukankah itu juga adalah panggilan ilahi?