“Mempesonanya kamu, menyungging senyummu
Menghiasi raut wajahmu, Mendiamkan detak jantungku
Mataku jadi pencuri senyummu, yang menghantam jantungku
Bingung tak menentu dengan kehadiranmu
Mungkinkah menerimaku. Kutakut kehilanganmu
Bila kau tahu perasaanku. Yang jatuh cinta padamu….”
-Kahlil Gibran
Temaram senja mulai turun selimuti hamparan rumput hijau, yang perlahan berubah warna seiring menghilangnya bagaskara di ujung jumantara. Indahnya kirana gemintang mulai menebar pesona di kaki langit yang makin redup. Geliat malam mulai menghentak di
bentangan halaman Universitas Klabat yang saat itu begitu sarat romantisme. Cahaya lampu yang ditata indah, soroti semua jiwa yang sedang bahagia. Suasana diselimuti keindahan pancarona.
Lumiere D’Amore -Sinaran Cinta-, malam itu baru akan mulai bersinar, meski geliat sudah terlihat sejak sore hari.
UNKLAB Boys Club dengan kepala-kepala asrama menggelar sebuah acara bertajuk Lumiere D’Amore atau Sinaran Cinta. Dikemas sebagai romantic dinner party, siapapun yang datang tidak akan pernah melupakan malam itu. Meja dan kursi diatur rapih, di bawah penerangan tata lampu yang luar biasa indah. Berhadap-hadapan. Bertatap-tatapan. Menyambung rasa yang telah ada, mantapkan mimpi dan tujuan bersama.
Memang tidak semua adalah pasangan di dunia nyata, namun paling tidak persahabatan yang terjalin merupakan hal positif untuk dijalani di masa-masa indah menjadi mahasiswa. Sejak sore, semua dormitory bersolek. Apalagi girls dorm. Mereka sedang menanti datangnya pujaan hati. Tidak dijemput dengan kereta kencana, tapi langkah kaki yang mantap terayun untuk sebuah cita-cita. Ganteng dan anggun. Outfit formal, jas atau tuxedo. Padanannya adalah untaian gaun.
Di samping dinner, ragam mata acara juga mengisi untaian program malam itu. Beautiful in White, talk show, stand-up comedy, serta couple games. Pada puncak acara, dilakukan pemilihan King and Queen Lumiere d’Amore.
Menilik lebih dalam tentang acara ini, sebetulnya ada makna yang sangat dalam di balik romantisme dan gemerlapnya malam itu. Bukan sekedar hura-hura. Tidak juga tentang Boys and Girls Party. Apalagi hanya mengenai punya pasangan atau menjadi “Kejora” alias kelompok jomblo ceria. Sama sekali bukan. Sebaliknya Lumiere d’Amore merupakan momen untuk anak-anak muda ini menyadari betapa pentingnya menentukan dan memilih siapa yang akan menjadi pasangan hidup di hari depan masing-masing.
“Ini sebenarnya merupakan bentuk ucapan syukur dari mahasiswa di penghujung semester. Setelah begitu banyak pengalaman -baik dan tidak baik-, momen ini mereka datang dan bersyukur. Selain itu, gagasan acara ini memang sudah lama sekali. Bahkan bisa dibilang sejak UNKLAB berdiri tahun 1965. Setiap tahun aacara ini selalu digelar, namun memang sempat terhenti ketika pandemi Covid 19 terjadi tahun 2019. Pasca covid, ini kali pertama Boys Formal kembali dilakukan,” demikian salah satu penggagas acara, Pdt Steven Jacob, M.Min, menegaskan.
Menurutnya, acara ini sebetulnya merupakan bagian dari pendidikan di kampus yang mana mahasiswa tidak hanya dididik dari segi akademis, tetapi juga dipersiapkan dari sisi sosial dan karakter. Ini merupakan pesan inti dari Lumiere d’Amore.
Adapun acara yang dikemas dengan mengedepankan nuansa romantis, merupakan upaya untuk membuka wawasan mahasiswa tentang betapa pentingnya memilih dan menentukan pasangan hidup.
“Ada sebuah prinsip ketika kita mencari siapa yang akan menjadi pendamping nanti. Memang perjalanan masih jauh. Tidak semua couples akan lanjut ke jenjang rumah tangga. Namun di sini para mahasiswa ini diajar untuk menghargai pasangan masing-masing. Lebih penting bagaimana menghormati dan memperlakukan pasangan dengan penuh tanggung jawab di hadapan Tuhan. Dan bukankah di sekolah seperti ini merupakan tempat terbaik untuk mencari pasangan?” tegas Pdt Jacob.
Ia juga menekankan bahwa ini juga yang menjadi salah satu tujuan pendidikan berasrama seperti yang dimiliki oleh Universitas Di samping itu Pdt. Jacob juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pihak Yayasan UNKLAB, lebih khusus Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Pdt Edgar Tauran M.Div, DMiss, yang sudah memfasilitasi terselenggaranya Lumiere d’Amore. Menurutnya dukungan penuh yang diberikan merupakan modal utama menggelar acara malam itu.
Sementara itu semua yang hadir menyatakan kegembiraan mereka. Tidak sedikit manfaat yang didapatkan lewat Lumiere d’Amor. Kepribadian dan bagaimana memandang pasangan masing-masing sebagai pemberian Tuhan yang harus disayangi dan dijaga penuh tanggung jawab menjadi jawaban umum ketika dimintai keterangan.