Pendidikan kristen akan rancu jika hanya membopong objektivitas tunggal, untuk menamatkan individu unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan, seni, tekhnologi, cerdas, berbudaya dan etis dalam menangkap peluang. Ada satu hal yang kerap luput: bagaimana bagaimana institusi pendidikan Kristen menghasilkan individu dengan keunggulan nilai-nilai spiritualitas berdasarkan iman kepada Kristus. Menolak lupa, ini adalah esensi utama. Nyawa. Heartbeat. Bahkan amaran wajib yang tidak bisa ditawar.
Dikotomi antara diskursus dan praksis pendidikan nasional adalah orientasi kepada aspek pengajaran dalam wujud transfer pengetahuan dan pemahaman, ketimbang mengutamakan aspek pendidikan yaitu transfer budaya dan perilaku. Miris, ini juga menggerogoti sektor pendidikan Kristen. Buah simalakama dari realita ini adalah degradasi unsur primer seperti iman, moral dan mentalitas.
Lantas harus apa?
Ada sebuah lembaga pendidikan tinggi Kristen di lembah Gunung Klabat, Minahasa Utara. Universitas Klabat (UNKLAB). Ada yang menyebut institusi ini sebagai Sekolah Tuhan.
Fabrikasi? Bukan. Silahkan artikan secara harafiah.
Tentu saja bukan hal mudah untuk memutar roda pendidikan dengan acuan dua kata maha penting tersebut. Mengsakralkan nilai-nilai kristiani jadi hal utama. Prinsip Alkitabiah jadi fondasi. Itulah sebabnya ada begitu banyak kegiatan bernafaskan spiritualitas jadi agenda rutin. Salah satunya adalah Week of Prayer (WOP), yang menjadi titik kulminasi semua kegiatan bersifat rohani. Program ini dihelat seminggu penuh. Untuk semester berjalan, berlangsung dari Senin (9/10) hingga Sabtu (14/10) di kampus Universitas Klabat. Pembicara utama kali ini didatangkan dari Adventist Hospital Penang Malaysia yaitu Dokter Edward Nathan, MPH, DrPH. Adapun tema yang diangkat adalah “In the Image of God”.
Menurut Dokter Nathan dalam paparan awalnya, root dari tema yang diambil terdapat di Kejadian 1:27, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”
In the Image of God sendiri akan dijabarkan dalam sudut pandang kesehatan, melihat begitu banyak kebutuhan di area tersebut. Secara spesifik, tema ini akan mengajak seluruh keluarga besar UNKLAB untuk kembali memperhatikan kesehatan masing-masing sebagai pertanggung jwaban kepada Tuhan. Kesempurnaan di Taman Eden bisa diaplikasikan dalam himpitan gaya hidup modern yang sering abai di sektor kesehatan. Pengajaran ini merupakan sesuatu yang membuka mata serta pengertian.
“Di waktu muda, tidak ada seorangpun berpikir tentang kematian. Banyak yang kemudian menjalani kehidupan dengan sembrono, padahal kita bisa berumur panjang. Padahal Tuhan menciptakan kita secara sempurna, penting dan sangat indah. Itulah Image of God. Sangat penting untuk dimengerti bahwa Tuhan sangat mengasihi kita sebagai ciptaan yang dibangun sama rupa dan gambar Allah sendiri,” jelas Dokter Nathan,
Ia kemudian menekankan bahwa hidup ini begitu penting untuk dijalani, bahkan ketika seseorang memasuki wakti pensiun -baca: menjadi tua-. Beragam kegiatan masih bisa dikerjakan di hari retirement, tanpa harus menjadi manusia lanjut usia yang malas karena kesehatan tidak memungkinkan lagi untuk berkarya.
“Ada tiga dimensi utama yang dijadikan Allah ketika menciptakan manusia. Tubuh, jiwa dan roh. Dalam rangkaian WOP minggu ini, saya akan berfokus pada dimensi tubuh. Kita akan membahas banyak maklumat tantang pentingnya kesehatan tubuh jasmani. Setiap manusia diciptakan begitu indah dalam rupa dan gambar Allah. Bahkan tanpa balutan make up sekalipun, keindahan itu akan selalu terpancar. Persembahkanlah itu untuk kemuliaan Sang Pencipta dan bukan untuk sekedar dilihat manusia. Ketika kita menjadi indah bagi Tuhan, refleksi keindahan itu akan terlihat jelas oleh manusia,” urai Dokter Nathan.
Sementara itu, Dekan Fakultas Filsafat Universitas Klabat Pdt Budi Harwanto MDiv, PhD, menilai bahwa ada benang merah yang kuat antara pemilihan tema yang dihubungkan dengan kesehatan.
“Kita tidak bisa berharap bahwa kita akan memiliki tingkat rohani ideal yang sehat, sementara di sisi lain kesehatan tubuh jasmani kita ada dalam keadaan tidak baik. Dua sisi ini harus saling menopang satu dengan yang lain sehingga akan tercipta keselarasan antara jasmani dan juga rohani,” tegas Pdt Harwanto.
Ia pun mengutarakan harapan besarnya terkait pelaksanaan Week of Prayer kali ini.
“Dalam Week of Prayer ini, salah satu ekspektasi adalah kita diperbaharui kerohanian kita. Apakah itu dosen, staff maupun mahasiswa. Seperti tema In the Image of God, kita diciptakan begitu baik, bagus dan ideal oleh Allah sendiri, sehingga kita akan maintain dan bahkan meningkatan kualitas kehidupan kita,” imbuhnya.
Adapun Pdt Jerry Jacobs MCM, salah satu pendeta jemaat UNKLAB mengatakan bahwa program ini merupakan salah satu metode penginjilan efektif yang akan mmbawa mahasiswa kepada panggilan keselamatan pribadi.
“Week of Prayer merupakan bagian dari pendidikan Advent di seluruh dunia dimana ada pekan penekanan kerohanian atau yang kita kenal dengan Week of Spiritual Emphasise. Di dalam WOP ini baik itu dosen, staff bersama keluarga dan mahasiswa, diharapkan untuk bisa fokus kepad topik-topik rohani. Di samping itu, kita diharapkan untuk melihat pentingnya penginjilan dengan hasil akhir ada pribadi-pribadi yang bisa mengambil keputusan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat,” ujar Pdt Jerry Jacobs, MCM.
Ada hal menarik yang disampaikan oleh Pdt Robert Sibby, MDiv terkait pelaksanaan WOP dimana ia menyoroti sebuah proses panjang mulai dari benih itu ditabur, hingga berbuah dan siap untuk dituai.
“Sebagai sekolah Kristen lebih khusus Gereja Advent Masehi Hari ke Tujuh, ada sebuah misi pendidikan gereja dimana tujuan utamanya untuk mengembalikan citra Allah. Jika kita melihat dalam gambaran lebih besar, hal ini merupakan misi ilahi setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Jadi apapun bentuk kegiatannya -rohani maupun diluar kerohanian seperti rekreasi-, semua itu bertujuan untuk mengembalikan citra Allah. WOP adalah salah satu instrument dalam mencapai misi ilahi tersebut,” demikian Pdt Sibby.
Sementara ketika menyoroti hasil konkrit dari pelaksanaan WOP ia mengatakan bahwa menabur benih ilahi merupakan satu proses yang tidak semua hasilnya terlihat ketika acara selesai digelar.
“Proses bagi setiap mahasiswa itu berbeda-beda. Ada hasil yang kita bisa langsung lihat secara instan. Ketika ada yang merespon panggilan itulah dampak langsung. Tetapi benih itu ada yang bertumbuh dan berbuah dalam jangka beberapa bulan atau bahkan tahun ke depan. Ini merupakan pekerjaan yang berkelanjutan. Harus kita bedakan antara program dan misi berkelanjutan. WOP hanya program, tetapi proses penginjilan akan berjalan terus menerus,” pungkasnya.
“Berbicara tentang kesehatan, kita berharap lewat tema In the Image of God ini akan membuat kehidupan kita menjadi sebuah contoh yang baik bagi orang lain lewat tubuh kita yang sehat. Ketik materi dipaparkan, saya berharap semua akan mulai mengambil tindakan nyata dengan paradigma baru bahwa lewat kesehatan kita bisa memancarkan kemuliaan Tuhan dari hidup kita,” kali ini Pdt Rafianty Mamangkey, STh, MMin, MDiv menegaskan.
Di lain pihak, ketika dimintai pendapat tentang bagaimana WOP memberikan dampak dalam kehidupan mahasiwa UNKLAB, mereka menyatakan siap untuk belajar banyak serta menyerap sebanyak mungkin hal-hal positif dari materi yang mulai akan dipaparkan Senin malam ini di tiga titik WOP dihelat.
“Ini WOP pertama buat aku. Ada harapan sih supaya di WOP kali ini aku bisa lebih tahu lagi tentang Firman Tuhan. Kesibukan kuliah kadang menyita begitu banyak waktu aku. Akibatnya persekutuan dengan Tuhan menjadi sangat kurang. Aku punya ekspektasi besar di program ini. Bahkan siap juga untuk dikoreksi apa saja yang belum sesuai dengan Firman Tuhan,” demikian Mentari Angelina Sinaga, mahasiswi Fakultas Pendidikan Semester I.
“WOP selalu punya dampak yang bagus dimana aku dibawa lebih dekat lagi dengan Yesus. Dari WOP ini iman aku makin dikuatkan karena ada banyak masalah yang kita sendiri gak tau kapan datangnya. Tema In the Image of God yang dikaitkan dengan kesehatan sangatlah baik. Sebagai seorang mahasiswa, banyak juga yang gagal menjaga kesehatan tubuh. Makan gak teratur dan telat, sama kurang waktu karena tugas yang banyak. Menurut aku tema ini sangat tepat, “ujar Senita Andrea Triasta yang duduk di Semester VII Fakultas Pendidikan Bahasa Inggris.
“Saya berharap selepas acara WOP ini Image of God itu benar-benar terpancar dari kehidupan saya dan juga teman-teman mahasiswa dalam acara ini. Tidak hanya itu, kami pun bisa menunjukkan karakter Tuhan lewat kesehatan fisik yang kami diberikan kepada kami. Bagi sayan sebagai mahasiswa filsafat, motivasi terbesar adalah bagaimana menghidupkan gambaran Allah itu dalam hidup saya pribadi,” kali ini William Muaya seorang mahasiswa Fakultas Filsafat Semester V.
Menjadi harapan bersama bahwa lewat WOP ada banyak hasil tuaian yang akan dibawa kepada yang empunya tuaian itu. Universitas Klabat akan terus menjadi terang di tengah kegelapan. Berfungsi sebagai pelita dalam menerangi pekatnya jalan. Berperan sebagai suratan terbuka bagi siapapun. Tanggung jawab begitu besar dalam end time harvest.