
Mengambil tema “A Celebration of God’s Providence”, rangkaian Reuni Akbar & Dies Natalis UNKLAB ke 58 resmi dibuka oleh Assisten III Pemerintahan Kabupaten Minahasa Utara, Drs Rivino W.L Dondokambey, di Sport Hall Universitas Klabat, Jumat (20/10). Bupati Kabupaten Minahasa Utara, Penatua Joune J.E Ganda S.E.,MAP, MM, M.Si yang semula diharapkan hadir, berhalangan karena harus menghadiri sebuah acara resmi pemerintah di Jakarta. Di samping mewakilkan ke Asisten III, Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara juga mengutus Kepala Dinas Kependudukan Catatan Sipil Dudi H.S Fatah, SH.
Dari jajaran universitas, tampak Rektor Danny Ivan Rantung MBA PhD, Wakil Rektor I Bidang Akademis Ronny H Walean MBA PhD, Wakil Rektor II Bidang Keuangan Benny Lule MBA PhD dan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Pdt Edgar Tauran MDiv DMiss.
Sementara mewakili Yayasan UNKLAB dan organisasi Gereja Masehi Advent Hari ke Tujuh, hadir Sekertaris Executive GMAHK Uni Konferens Indonesia Kawasan Timur (UKIKT) Pdt Ronald Adrie Rantung, MMin, serta Bendahara GMAHK UKIKT Jefry Ismail SE, MM.
Usai beberapa sambutan, keseluruhan rangkaian program memasuki acara puncak yaitu pemukulan tetengkoren secara bersamaan oleh Wakil pemerintahan, jajaran pimpinan Universitas Klabat dan Ketua Panitia Acara. Sebanyak 7 tetengkoren dibunyikan secara bersamaan, menandai perhelatan Reuni Akbar dan Dies Natalis UNKLAB ke 58 resmi bergulir.
Adapun acara di hari pembukaan berlanjut ke acara Temu Kangen, dimana para alumni saling bertukar cerita sekaligus melepas kerinduan setelah sekian lama tak bersua. Seiring hari beringsut menuju Jumat petang, persiapan menuju pembukaan sabbath akhirnya membungkus keseluruhan kegiatan hari itu. Sementara di hari Sabtu (21/10), fokus acara dipusatkan di Pioneer Chapel UNKLAB tempat digelarnya Ibadah Sabbath gabungan antara alumni, staf dosen dan mahasiswa. Teriknya cuaca di Sabtu siang itu tak menyurutkan niat jemaat untuk menerima berkat sabaath. Tenda yang disediakan panitia di samping ruang ibadah utama penuh terisi. Demikian juga di Fern Wallace dan International Church terpantau padat. Adapun renungan sabbath dibawakan oleh Ketua UKIKT, Pdt Samuel Yotam Bindosan, MA.
Lepas beribadah, semua jemaat menikmati makan siang di dining hall untuk kemudian pulang beristirahat guna menghadiri salah satu acara yang paling ditunggu yaitu pagelaran malam budaya di malam harinya. Lama menjadi primadona dalam setiap hajatan akbar Universitas Klabat (UNKLAB), malam budaya sangat ditunggu oleh keluarga besar The Green Campus. Begitu juga yang terjadi pada Sabtu malam (21/10) di sport hall, ketika selama tiga jam tidak ada yang beranjak dari tempat duduk sampai hentakan nada musik terakhir melesat di telinga masing-masing.
Tata lampu nan megah, hentakan sound system memanjakan telinga, serta panggung spektakuler dengan tiga layar LED, membuat siapapun yang datang tidak sabar untuk segera menikmati malam minggu yang penuh sukacita itu.
Pementasan malam budaya berlangsung sangat meriah. Sejak pukul 19.00, sport hall mulai dipadati para alumni, mahasiswa, serta staff dosen Universitas Klabat. Seiring makin beranjaknya malam, menjadi sulit untuk menemukan kursi kosong di bagian tengah sport hall. Tak berbeda jauh, samping kiri kanan dimana terdapat tempat duduk beton memanjang juga terlihat begitu padat. Semua deret penuh terisi. Salah seorang panitia bahkan harus berteriak dongkol, karena jatah tempat duduk artis pengisi acara ludes disambar para penonton. Tak sedikit yang tidak kebagian tempat duduk, terpaksa harus rela berdiri untuk menjadi saksi spektakulernya pegelaran malam budaya tersebut.
Selama tiga jam, suguhan demi suguhan seakan menyandera semua yang hadir malam itu. Terlebih, ada pemandangan sangat menarik dari para alumni. Mereka hadir dengan dress code country style. Tak heran, suasana malam itu juga terlihat seperti sedang berada di Texas karena outif ala cowboy yang dikenakkan. Setelan flannel kotak-kotak, hardware jacket ala borg, sepatu boot lancip, topi kulit lebar, untaian bolo tie, terlihat dimana-mana. Para alumni tampil penuh percaya diri dengan outfit country mereka. Pun ketika mereka mulai “menggoyang” sport hall dengan cowboy dance lengkap dengan country songs, tak pelak membuat suasana menjadi kian riuh dengan sorakan dan tepuk tangan para audiens.
Adapun pagelaran malam budaya Reuni Akbar dan Dies Natalis ke 58 malam itu, pada akhirnya harus berakhir meskipun nampak jelas bahwa tidak ada yang ingin kemesraan malam itu harus berhenti sampai di situ. Lingkaran yang dibentuk dengan tangan-tangan yang saling bergandengan, menandakan kemesraan keluarga besar UNKLAB memang tidak akan pernah berkesudahan sampai kapanpun.
“……… Sementara sinar surya perlahan mulai tenggelam Suara gitarmu mengalunkan melodi tentang cinta Ada hati membara erat bersatu
Getar seluruh jiwa tercurah saat itu
Kemesraan ini janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini inginku kenang selalu
Hatiku damai jiwaku tentram di samping mu
Hatiku damai jiwa ku tentram bersamamu………”
Keesokan harinya, Minggu (22/10), agenda terakhir digelar yaitu fun walk, disusul kemudian oleh penutupan keseluruhan rangkaian acara Reuni Akbar dan Dies Natalis UNKLAB ke 58. Pengundian grand prize dilakuan di ujung akhir acara. Panitia Reuni Akbar dan Dies Natalis UNKLAB ke 58 menyediakan dua hadiah utama, untuk dibawa pulang di hari terakhir penyelenggaraan event akbar ini. Motor listrik yang kini sedang hits di masyarakat menjadi incaran setiap peserta yang mendaftar. Untuk memperoleh satu unit saja, kita harus merogoh kocek lumayan dalam jika membeli sendiri. Tak pelak, pengumuman pemenang grand prize menjadi ajang yang paling ditunggu di hari Minggu (22/10) saat penutupan berlangsung.
Pada akhirnya Kenny Pasuhuk (motor listrik), Cen Stefani Panambunan (beasiswa 5 juta rupiah) dan Randi Rukait (motor listrik), menjadi yang beruntung menyapu bersih seluruh hadiah utama. Hebatnya ketiga-tiganya adalah student labor yang bekerja di berbagai departemen.
Ketika akhirnya langkah harus diayun pulang, ada jejak-jejak yang tertinggal berupa kenangan indah yang membungkus satu asa dan keinginan yang tersisa, tak lain adalah kerinduan untuk kembali bertemu dua tahun lagi. Sampai berjumpa pada Dies Natalis Universitas Klabat ke 60, dua tahun lagi.
Ah, UNKLAB memang susah mo lupa akang…